Perkenalkan Aku Adalah Gunung


Perkenalkan. Aku adalah gunung.
Aku adalah sebuah tempat yang berada ribuan meter di atas permukaan laut. Sebuah tempat yang dapat membuatmu terlihat lebih tinggi dari manapun, dari siapapun. Sebuah tempat yang menyenangkan untuk berkumpul merasakan hangatnya kebersamaan di atas awan. Sebuah tempat yang dapat membuat kau sejenak melupakan rutinitas dan kepenatan hiruk piuk kota. Sebuah tempat dengan pemandangan yang sungguh tak terkira keindahannya. Sebuah tempat yang tepat untuk kembali kepada alam. Dan, sebuah tempat yang damai untuk kembali mendekat kepada Tuhan.
Itu kata mereka. Kata mereka.

Aku adalah gunung.
Sebuah tempat yang berada ribuan meter di atas permukaan laut. Sebuah tempat di atas ketinggian sana dimana cuaca disekitarnya dapat berubah dengan cepat, tak perduli apapun. Anginku bisa saja datang dengan begitu kencangnya, menghantam siapapun yang sedang berkunjung. Anginku pun dapat dengan mudah berubah menjadi badai. Sebuah kumpulan angin, hujan, dan juga dingin yang menggoyahkan tubuh dan juga mentalmu. Anginku pun dapat menerjang lebih kuat bagi mereka yang menantangku. Taukah kau siapa yang sebenarnya kau tantang? Tuhanmu.

Aku adalah gunung. 
Sebuah tempat yang dapat membuatmu terlihat lebih tinggi dari manapun, dari siapapun. Sebuah tempat yang oleh banyak orang sering dijadikan obyek, target, ambisi, obsesi ataupun prestasi. Sebuah tempat yang dapat membuat kau dapat lebih unggul dari yang lainnya. Kau hanya perlu berlomba-lomba menjadi yang terkuat ataupun tercepat. Tak perlulah kau hiraukan orang-orang yang masih jauh tertinggal atau jatuh tersungkur di bawahmu. Tak perlu. Kau sungguh ingin menjadi yang terhebat bukan?

Aku adalah gunung.
Sebuah tempat yang menyenangkan untuk berkumpul merasakan hangatnya kebersamaan di atas awan. Sebuah tempat yang tepat untuk mengajak orang-orang tertentu untuk naik ke atas sana. Orang-orang yang kuat, cepat, lincah, dapat diandalkan, dan tidak merepotkan. Tak peduli ada beberapa atau bahkan banyak teman-temanmu yang lain yang sungguh ingin pergi ke atas sana, bersama-sama kalian semua. Sama-sama merasakan hangatnya kebersamaan itu, walaupun mereka telah memenuhi standar tersebut. Kau pasti memiliki deretan standar lain dalam mengajak orang-orang yang akhirnya terpilih untuk ke atas sana bersamamu bukan?

Aku adalah gunung.
Sebuah tempat yang dapat membuat kau sejenak melupakan rutinitas dan kepenatan hiruk pikuk kota. Sebuah tempat dimana orang-orang berbondong-bondong ke rumahku, ingin menginjakkan kakinya di tanahku. Tentu aku sangat senang. Bukankah keramaian dan kerisuhan lebih menarik dibanding dengan ketenangan dan kedamaian? Aku tak pernah terganggu, karena aku pun bisu.

Aku adalah gunung.
Sebuah tempat dengan pemandangan yang sungguh tak terkira keindahannya. Sebuah tempat yang selalu kau nikmati dan kau ucapkan terima kasih. Aku pun berterima kasih atas pemberianmu itu. Sampah-sampahmu. Walaupun sebagian dari kalian ada yang berkata: Gunung adalah rumahku. Mungkin rumah mereka di bawah sana adalah tempat pembuangan sampah. Jadi akupun tak heran kalau mereka masih saja menyumbangkan sampah di rumahku. Aku juga tak malu dengan bauku yang timbul akibat hadiah darimu itu. Bukankah dengan hadiah sampahmu itu rumahku jadi lebih indah dipandang? Ya. Lebih indah.

Aku adalah gunung.
Sebuah tempat yang tepat untuk kembali kepada alam. Sebuah tempat yang mudah untuk disambangi dan juga diludahi. Sebuah tempat dimana kau bisa sesukamu, melakukan apapun. Tanpa ada yang melarang, walau jelas ada papan peringatan. Kau juga bebas berteriak vandalisme, perusak ataupun penjual alam kepada peneliti-peneliti yang ingin mengungkap potensiku, untuk negeriku. Dan semua kata-katamu itu sejalan dengan tindakanmu yang mengotori sumber airku, mencoret-coret batu dan tebingku, menginjak rumput-rumputku, mematahkan dahan-dahanku, mengganggu dan memburu hewan-hewanku, serta membabat habis isiku. Bukankah segala tindakan pecinta alammu itu masih jauh lebih baik dibanding dengan peneliti-peneliti tersebut?

Aku adalah gunung.
Sebuah tempat yang damai untuk kembali mendekat kepada Tuhan. Sebuah tempat yang patut dibanggakan atas kesombonganmu di hadapan Rabbmu. Sebuah tempat dimana jarak kau dengan Tuhanmu menjadi begitu dekat. Sebuah tempat dimana doa-doa lirih yang kau lantunkan juga berjalan beriringan dengan dosa-dosa atas kelalaianmu meninggalkan perintahNya yang utama. Tak perlu alasan yang berat, cukup alasan dingin atau mengantuk pun sudah menunjukkan kekafiranmu kepada Penciptamu. Tuhanmu.

Dan, kau tak perlu heran, itu semua adalah aku.
Karena aku adalah gunung.
Itu kataku. Kataku.