Mengapa Harus Mendaki Gunung ?


   Mendaki gunung merupakan olah raga juga minat aktivitas di alam bebas bahkan liar. Sobat, kita menyadari kalau gunung adalah bukan habitat manusia karena berbagai satwa liar dan flora beraneka ragam telah berkembang biak di sini sebelum kita mendakinya. Mendaki gunung tidak sekedar melangkahkan kaki naik sampai puncak dan turun kembali. Sobat, boleh dikata mendaki gunung adalah olah raga seperti olag raga yang lainnya, saat kita menjadi pemain untuk berlomba dan bertanding banyak penonton mendukung meneriaki kita dengan suara keras bahkan dengan berbagai alat tabuh. Namun beda dengan olah raga mendaki gunung, di sini kita di tonton di teriaki di soraki oleh pepohonan liar, binatang buas, udara dingin, jalan menanjak bahkan hujan dan badai. Tidak bisa di tawar kalau mendaki gunung adalah aktivitas yang berat karena membutuhkan fisik dan mental yang tinggi. Ada juga yang beranggapan kalau mendaki gunung hanyalah sebuah kegiatan rekreasi biasa hingga tak pelak lagi banyak terjadi kecelakaan di gunung hingga meninggal dunia karena menganggap remeh persiapan fisik dan mental juga perbekalan yang seharusnya untuk ber-survive di abaikan.
Beradaptasi di gunung tidak seperti kita mendapat pelayanan seperti biasanya, bahkan media di alam bebas jauh lebih mendidik mental dan jiwa untuk bisa mandiri dan tidak menggantungkan terhadap orang lain, karena harus ada penyadaran kalau beraktivitas di alam bebas semuanya pasti mengandung resiko karena kita beriteraksi langsung dengan alam yang sudah barang tentu kita pasti menghadapi perubahan dari kondisi hidup normal ke kondisi tidak normal. Sobat, coba kita ingat saat kita berada di lingkungan kita sehari hari bahkan di rumah. Kita mau mandi, sarapan pagi, tidur dengan selimut hangat, kebutuhan itu sudah disediakan oleh orang tua kita dan yang berkeluarga disediakan oleh istri atau suami tercinta. Namun di alam bebas siapa yang menyediakan fasilitas itu semua kalau bukan diri kita sendiri.
Mendaki gunung adalah berpetualangan di alam bebas sebagai wujud jiwa, mental, fikiran yang di awali dengan perasaan tanda tanya oleh hasil perjalanan pendakian dan berakhir dengan rasa syukur karena sukses dalam pendakian tersebut. Perasaan yang timbul adalah rasa was was dan takut akan bahaya yang di hadapi fisik dan psiologis, tetapi sobat tidak adanya rasa takut itu, berarti tidak di katakana tantangan karena berpetualangan berani menghadai tantangan. Dan keberhasilan menghadapi tantangan di butuhkan ketahanan fisik, mental serta psiologis yang stabil, namun semua itu juga memerlukan keterampilan khusus. Sobat, selain itu juga membutuhkan biaya, yang di mana biaya juga berperan penting dalam mementukan kelangsungan perjalanan pendakian. Tanpa biaya yang mencukupi pendakian akan terhambat bahkan bisa gagal, nah… hal ini sobat manajemen perjalanan yang tidak lepas dari uang sudah tentu menilik dari isi dompet kantong kita, namun hal ini hanya tercermin mewah dan tidaknya perjalanan kita, mulai dari bentuk transpotasi sampai fasilitas dalam pendakiannya. Sobat kalau semuanya sudah terencana dengan matang dan segala sesuatunya yang benar benar kita butuhkan sudah terkemas rapi maka kita berpetualangan akan mendapatkan hal hal yang baru.

Berolah raga dengan mendaki gunung seperti berwisata yang tidak semua orang bisa menikmatinya karena di sini kita disuguhi pemandangan panorama alam yang asli. Selain itu ada bebrapa manfaat yang berupa non materai (profit) yang kadang tidak kita sadari :

  • Mendidik fisik dan mental lebih positif. Karena berjalan di gunung membutuhkan tenaga yang tidak sedikit dengan jalan menanjak bahkan menyusuri tebing tebing curam dan berakibat fisik menjadi lemah maka mental akan menurun. Dengan keadaan seperti ini kita di hadapkan oleh pembelajaran fisik atau jasmani agar sehat dan power untuk cepat tanggap dalam bereaksi. Mempertahankan mental walau dalam keadaan menurun karena di sini kita berhadapan dengan alam sejauh mana kemandirian kita mempertahankan hidup di alam bebas hingga terwujud jiwa patriotisme dan profesinal. Kemudian dapat mengaplikasikan kepada hidup ini bahwasannya ada susah, senang, berhasil bahkan tersandung dan jatuh.
  • Mewujudkan solidaritas bersama team. Pada umumnya mendaki gunung dengan melibatkan beberapa teman dan di sini sobat di tuntut untuk bisa saling berkerja sama dengan kompak. Dengan adanya kerja sama team yang kompak bisa meminimalis kejadian yang berbahaya (kecelakaan) sesama anggota team.
  • Mencetak jati diri yang tangguh. Intelligence (kecerdasan) akan terbentuk karena kegiatan di alam bebas membutuhkan pengetahuan dan ketreampilan tertentu, dengan ini sobat akan terlatih dengan teori teori yang secara lansung praktek dengan tidak setengah hati. Dalam pendakian karakter asli pribadi sobat akan terlihat jelas mana yang manja, pemalas, ceroboh, mementingkan diri sendiri, yang mandiri, tangguh dan lembut. Semua karakter asli sobat akan terlihat dengan sendirinya karena di gunung kita di hadapkan dengan tekan yang besar dan jelas nyata jauh dari peradaban tidak ada sang penolong selain diri kita sendiri dan teman sesama team. Untuk itulah dalam pendakian sobat di tuntut untuk kerja sama team yang tangguh agar sukses dalam pendakian bersama.
  • Aspek Exact (dengan seksama). Dalam setiap langkah pendakian sebelumnya di perhitungkan jadwal dan pembagian waktu, karena sobat harus benar benar bisa memperhitungkan waktu lamanya pendakian setelah kita membaca dan mempelajari dari peta bentuk kontur gunung yang berupa lembah, sungai, tebing curam dan puncak. Perhitungan waktu ini akan menyesuaikan kebutuhan logistic Dalam pengambilan keputusan yang tepat seperti saat cuaca tidak menentu atau bersurvival yang di mana sobat atau team dalam keadaan kritis karena tidak mendapatkan  fasilitas yang semestinya. Nah, sobat di tuntut mengambil keputusan yang tentunya cerdas, seksama dan tepat untuk mempertahankan hidup dan mengukur kemampuan diri. Usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan ini akan membentuk karakter dewasa dan pengenalan diri baik berupa kelemahan ataupun kewaspadaan pada diri kita untuk memecahkan masalah.
  • Mensyukuri keagungan Tuhan. Segala yang ada di alam ini Tuhan menciptakan untuk kepentingan hambaNYA. Berada di puncak gunung terlihat hamparan pemandangan yang luas dan indah bisa mendorong kita untuk menjaga dan melestarikan ala mini untuk generasi mendatang. Mensyukuri kebesaran Tuhan mendidik kita untuk tidak sombong dan intropeksi diri, maka dengan sendirinya kita akan bisa menjaga kebersihan gunung dengan membawa kembali sampah yang kita bawa turun. Meskipun prilaku ini kelihatan kecil namun upaya untuk menjaga dan melestarikan alam supaya tetap lestari.
Berpetualangan di gunung hutan lebat, gua, jurang terjal, tebing tebing tinggi, deras arus air tidak semuanya berpengaruh (memberi pengaruh) terhadap karakter dan pribadi sesorang. Namun menghadapi rintangan yang penuh resiko besar dan kecil di alam bebas akan mencetak orang menjadi mandiri, tabah dan tidak mudah putus asa. Sobat, nah… kebutuhn akan pengalaman baru dengan sendirinya akan kita dapat dan tentunya dengan pengalaman bisa menjadikan kita untuk bisa lebih berprestasi dan menjadi manusia yang produktif, bersikap mental positif serta dalam bertindak selalu di awali dengan niat baik. Di gunung,rimba yang buas dengan segala tantangan mengajari kita untuk berusaha menghargai kehidupan. Karena tidak ada kehidupan di dunia yang hakiki dan yang pasti berbuatlah “HIDUP ITU HARUS LEBIH DARI SEKEDARNYA”
Sobat sobat alam, mendaki gunung dan berkegiatan di alam bebas ternyata ada manfaat yang tidak bisa di nilai dengan uang, namun sobat… dengan berkegiatan di alam bebas tentunya sobat telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, masihkah ada sobat yang beranggapan bahwa kegiatan mendaki gunung dan di alam bebas hanya bermanfaat sebatas kegiatan olah raga saja. Dan sudahkan sepadan pengeluaran dengan manfaat yang selama ini sobat lakukan berpetualangan di alam bebas.

“ Tidak ada kesuksesan tanpa jerih payah, bahkan harus dengan keringat, air mata dan darah” dan Hidup adalah soal keberanian menghadapi yang tanda tanya tanpa kita menawar
{terima dan hadapilah} “