Penyakit Gunung Yang Mematikan

   Hipotermia, di Indonesia adalah kematian akibat kecelakaan di gunung kebanyakan di akibatkan karena eksposur (kehilangan panas badan), di antaranya yang terpenting adalah hipotermia atau menurunya suhu tubuh. Masalah yang timbul bukan karena udara yang terlalu dingin tetapi karena si penderita itu pakain dan badannya basah terkena air hujan. Pakaian yang basah mengurangi nilai insulasi (kemampuan untuk menahan panas badan) sampai 90%. Daya tahan tubuh yang tidak bagus dan perlengkapan perbekalan yang kurang mengakibatkan suhu tubuh terus menurun hingga akhirnya mengakibatkan kematian.

Badan menjaga panas pada tubuh, agar suhu tubuh tetap normal dengan beberapa hal :
  1. Melalui pencernaan makanan. Makanan yang masuk kedalam tubuh akan menghasilakan panas tubuh melalui oksida dan ini terpenting bagi tubuh ketika sedang Beristirahat atau tidur. Pada saat itulah tubuh mengalami metabolisme dan Menghasilkan energi minimal yang di perlukan manusia. Panas yang di hasilkan dari Pencernaan makanan ini akan di hasilkan lebih banyak lagi oleh tubuh ketika sedang Bergerak dalam aktivitas gerak tubuh atau badan.
  2. Panas juga bisa di peroleh dari luar badan itu sendiri, yaitu degan memasukkan Makanan dan ninuman panas atau hangat, sinar matahari, api atau panas tubuh orang Lain.
  3. Melalui aktivitas otot yaitu dengan gerakan tubuh dan menggigil. Menggigil adalah Gerak yang timbul sebagai reaksi akibat kedinginan dan ini menghasilkan panas yang Setara dengan gerakan lari lari kecil atau kalori dari dua batang coklat ukuran sedang Yang di makan setiap jam.
  4. Reaksi alamiah yang lainnya dari tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh adalah penyempitan pembuluh pembuluh darah pada kulit. Penyempitan ini mengurangi peredaran darah pada lapisan kulit sehingga menjaga darah agar tetap dekat dengan jantung. Sebaliknya tubuh dapat pula kehilangan panas dengan beberapa cara. Setiap kali kita bernafas mengeluarkan udara panas dan ini berarti hilangnya panas dari tubuh. Hal ini tentunya tidak bisa di hindari. Penguapan keringat dari kulit dan paru paru merupakan penyumbang terbesar dari hilangnya panas badan. Namun demikian hal ini tidak bisa di hindari pula tetapi jumlah penguapan itu bisa di kendalikan dengan menggunakan pakaian yang tidak menyerap air tetapi uapnya masih dapat keluar. Panas tubuh dapat menghilang karena konduksi, misalnya pendaki yang kebasahan akibat hujan akan kehilangan sejumlah besar panas tubuh dengan cepat. Selain itu panas tubuh juga menghilang dari bagian bagian tubuh yang tidak tertutup dari udara dingin, terutama pada kepala, leher dan tangan.
Berikut ini adalah gejala gejala Hipotermia :

Suhu badan (Celsius)
Gejala gejala
37
Adalah suhu normal
36 - 35
Menggigil dengan disertai bulu roma berdiri, namun masih bisa terkendali. Mempengaruhi gerak langkah menjadi lamban dan koordinasi tubuh mulai terganggu.
35
Menggigil hingga tidak terkendali
35 - 33
Pengambilan keputusan dan koordinasi tubuh mulai kabur, langkah kaki sering tersandung, berbicara kasar (dipaksakan untuk keras)
33
Tubuh semakin menggigil. Denyut nadi dan tekanan darah mulai menurun
32 - 29
Menggigil berhenti. Kebingungan meningkat, meracau, ingatan hilang, gerakan tersentak sentak, biji mata mulai membesar.
29 - 28
Otot menjadi kaku, biji mata membesar, denyut nadi melemah dan tidak teratur, tarikan nafas melemah, warna kulit tubuh kebiru biruan, tingkah laku kacau, menuju ke arah tidak sadar
27
Pingsan dan biji mata tidak lagi menjawab gerakan cahaya, kehilangan gerakan spontan tampak seperti telah meningal
26
Koma yang sangat darurat, suhu tubuh mulai menurun dengan cepat sekali
20
Denyut jantung berhenti




























Bila kita melihat tanda tanda Hipotermia, beberapa hal yang perlu di lakukan untuk menanggulanginya :
  1. Jangan biarkan orang yang terkena hipotermia tidur, karena hal ini dapat membuatnya kehilangan kesadaran sehingga tidak mampu lagi menggangatkan badannnya sendiri. Menggigil adalah usaha secara biologis dari badan untuk tetap hangat, karena itu usahakan untuk tidak tidur.
  2. Berilah minuman hangat dan manis kepada si penderita hipotermia.
  3. Bila baju yang di pakai basah segera mungkin gantilah dengan baju yang kering.
  4. Usahakan untukmencari tempat yang aman dari hembusan angina, misalnya dengan mendirikan tenda atau pelindung lainnya.
  5. Jangan baringkan si penderita di tanah dan usahakan agar memakai alas kering dan hangat.
  6. Masukkanlah si penderita ke dalam kantong tidur. Usahakan agar kantong tidur tersebut di hangatkan terlebih dahulu ke dalam kantong tidur tersebut. Ingat, memasukkan penderita hipotermia ke dalam kantong tidur yang dingin tidak akan memadai karena badan si penderita tidak akan dapat lagi menghasilkan panas yang mampu menghangatkan kantong tidur tersebut.
  7. Letakkan yang di isi dengan air hangat (bukan panas) ke dalam kantong tidur untuk membantu memanaskan kantong tidur.
  8. Bila kantong tidur cukup lebar, maka panas badan orang yang masih sehat dapat membantu si penderita secara langsung, yaitu dengan tidur berdampingan di dalam satu kantong tidur. Kalau mungkin, dua orang masih sehat masuk ke dalam kantong tidur rangkap dua, kemudian si penderita di selipkan di tengah tengahnya.
  9. Kalau dapat buatlah perapian di kedua sisi si penderita.
  10. Segera setelah si penderita sadar berikanlah makanan dan minuman manis, karena hidrat arang merupakan bahan baker yang cepat sekali menghasilan panas dan energi.
Usaha pencegahan

 Persiapan, perlengkapan, perbekalan, pengetahuan, keterampilan, fisik dan mental adalah usaha untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan di gunung. Usaha lain untuk menghindari hal hal yang tidak di inginkan adala memberitahukan segera rencana pendakian kita secara rinci kepada orang lain, misalnya kepada tema atau kepada organisasi perkumpulan. Bila ada perubahan rencana di tengah perjalanan usahakanlah agar memberitahukan dengan segala cara, misalnya dengan menuliskan pada secarik kertas yang di masukkan ke plastik transparan yang di tempelkan pada pohon di jalan setapak yang di lalaui oleh para pendaki, atau memberitahukan kepada orang lain yang di temui di tengah perjalanan.

Sebelum melakukan pendakian ada baiknya melaporka diri kepada masayarakat setempat atau yang sudah ada yaitu pos pendakian gunung. Ini bukan saja menyangkut sopan santun tetapi juga usaha untuk menyampaikan informasi terakhir mengenai rencana pendakian kita. Bila terjadi apa apa masyarakat setempat sudah siap dan dapat mengetahui kemungkinan kemungkinan yang terjadi terhadap kita. Jelas ini akan memudahkan orang orang dan tim SAR yang akan menolong kita seandainya terjadi kecelakaan atau tersesat di perjalanan pendakian gunung.