Alam Memberi Semuanya kepada Manusia


Catatan Fajarbaru di media Kompasiana ini sangat menarik untuk kita cermati, bahwasannya manusia terhadap alam tidak bisa dipisahkan. Namun kita sebagai penghuni alam ini kurang peduli dengan alam yang ternyata banyak memberi penghidupan kepada semua penghuninya.  Apakah yang ada pada kita yang tidak berasal dari alam? Semua yang ada pada tubuh kita berasal dari dan terbuat dari alam sebagai tanda bahwa alam menyelimuti kita dengan kasih sayang. Tapi, setiap hari juga kita membuang ke alam semua barang atau hal sisa yang kita ambil, terima bahkan curi darinya. Sangat jelaslah kita mengambil dari alam dan membuang ke alam tanpa meminta persetujuannya, dan tanpa berterima kasih atau meminta maaf kepadanya.

Coba bayangkan, jika pada saat ini, alam mogok tidak mau memberikan kepada kita apa yang kita butuhkan, jika ia marah dan mengambil semua yang apa yang telah kita ambil atau curi darinya, atau jika ia tersinggung dan jengkel mengembalikan semua apa yang telah kita beri atau kita buang kepadanya? Apa yang akan terjadi?

Manusia belum puasa dengan menikmati apa yang telah diberi oleh alam secara cuma-cuma, belum puas dengan apa yang dia ambil atau curi dari alam, belum puas dengan apa yang dibuangnya ke tengah alam, mereka pun sibuk bertengkar demi memperebutkan alam. Perang tanding antarwarga, suku, atau negara soal batas kepemilikkan tanah, sungai, laut dan semua isinya adalah tanda bahwa terhadap alam, manusia tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih.

Manusia ingin mendominasi dan menganggap alam sebagai objek: seringkali kita mendengar orang berkata: "ini tanah milik saya," ia tak pernah menyadari bahwa ia dimiliki oleh alam. Yang lain berkata: "ini tanah tumpah darahku," padahal darahnya itu ada karena air, sayur, buah, dan lauk-pauk hasil dari alam. Dia menambahkan lagi kata tumpah, tumpah darah, padahal yang sering dia tumpahkan setiap hari bukan darah, tetapi ludah, ingus, hasil atau sisa air yang dia minum dari ampas sayur, nasi, daging, dll yang aslinya dari alam. Semuanya dari alam.

Tidak sedikit manusia yang melubangi alam untuk mengambil apa yang diinginkannya. Dia tidak sadar bahwa ia melubangi alam dengan alat-alat yang berasal dari alam juga. Pada saat ia melubangi alam, dia makan dan minum dari alam. Dia tidak menyadari bahwa ia pun selalu menetek dari alam. Alam memberikan ASI yang lebih berkualitas dari susu, secantik atau seganteng apapun bintang iklannya. Manusia tidak sadar ketika ia berjalan ia dijunjung oleh alam, ketika ia duduk ia dipikul oleh alam, ketika ia tidur ia dipangku oleh alam, ketika ia mandi itu dibersihkan oleh alam, ketika ia sembuh dari sakit ia dilahirkan kembali oleh alam.

Sekedar kisah ilustrasi. Suatu hari seorang petani yang sedang memotong bambu untuk dijadikan pondok di kebunnya, bertanya kepada alam: "apakah Anda memiliki pikiran, perasaan, keinginan dan kesadaran?" Hening tanpa jawaban. Ia terus bertanya bahkan berteriak. Gema suara tanyannya dipantulkan oleh bukit, lembah, dan pegunungan, dan terdengar jawaban dalam ruang batinnya:

"Anda, manusia memiliki kesadaran bahwa saya penting untuk Anda, dan karena itu, Anda berpikir, bekerhendak, dan merasa penting untuk memiliki saya. Anda ingin berperang karena memperebutkan saya. Karenda Anda merasa memiliki saya, maka Anda dipenjara, sebab Anda merasa memiliki dan menguasai apa yang tidak Anda ciptakan. Tetapi ingatlah, bahwa saya tidak pernah merasa dimiliki oleh Anda, saya bebas, dan saya pun tidak pernah merasa memiliki Anda! Lihatlah! Surat jual beli, tinta, stempel, dan kantor yang mengurus tanah, semuanya dari saya . Anda berperang demi saya, alat-alat yang Anda gunakan untuk berperang dari saya. Anda mati, saya menerima mayat Anda, entah dibiarkan tanpa terkubur, entah dikuburkan, entah dilarung ke laut, entah dibakar dan dihaluskan dalam mesin. Semuanya saya terima! Wahai , engkau, manusia, kapan Anda menerima saya tanpa merasa memiliki saya?

Ketika manusia mencoba hening di hadapan alam, alam adalah guru untuk cinta kasih dan segalanya. Alam adalah dia yang memberi tanpa mengharapkan imbalan, alam adalah dia yang memberikan dirinya tanpa pretensi apapun, ia selalu membuka dirinya untuk diambil dan dimanfaatkan. Alam adalah anggota keluarga kita, sanak saudara dan saudari kita. Melukai alam berarti melukai saudara-saudari kita, bahkan melukai diri kita sendiri.

Ini Alasan Kenapa Pendaki Gunung Adalah Pacar Idaman


Hipwee akan memberikan tipe pacar jenis lain yang layak kamu kencani. Percaya nggak percaya pendaki gunung ternyata punya kualitas oke sebagai calon pendamping loh. Mereka yang gemar melangkahkan kaki untuk menggapai puncak-puncak tertinggi, mereka yang tidak keberatan membawa keril berisi bahan makanan dan peralatan berkemah, mereka yang rela menghabiskan waktu berhari-hari di dalam hutan demi bisa mengalahkan diri sendiri. Penasaran kan kenapa kamu harus mempertimbangkan dia yang gemar mendaki gunung untuk menjadi calon pasangan?

• Dia Terbiasa Menetapkan Target
Orang yang sukses adalah mereka yang berani menetapkan target dan mematuhinya. Ya iya juga sih, apa gunanya target tinggi tapi gak ada usaha untuk menjangkaunya? Pendaki gunung sudah akrab dengan kebiasaan yang satu ini. Mereka terbiasa menetapkan tujuan akhir yang harus dicapai dalam setiap pendakian.Sebelum pendakian dimulai, dia akan memperhitungkan waktu dan tenaga yang dimiliki kemudian menyesuaikannya dengan rute yang akan dihadapi. Dia bisa dengan tepat menetapkan target sesuai sumber daya. Kemampuan ini oke banget jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kamu gak perlu khawatir punya pacar cello yang gak punya target dalam hidup kalau pacaran sama pendaki gunung.

• Punya Semangat Untuk Mengalahkan Diri Sendiri
Musuh terbesar seseorang sebenarnya bukan orang lain atau lingkungan di sekitarnya, melainkan dirinya sendiri. Inilah filosofi yang dipegang oleh kebanyakan pendaki gunung. Kegiatan mendaki dipahami sebagai proses mengalahkan batas diri sendiri. Menantang diri untuk mengalahkan rasa letih demi menjejakkan kaki di puncak.
Pasanganmu yang gemar mendaki gunung tahu bahwa tujuan akhirnya gak akan bisa dicapai jika dia tidak keras pada dirinya sendiri. Dalam kepalanya akan bergaung suara, "Ayo jalan 5 langkah lagi!" Setiap kakinya hendak mogok minta berhenti. Dia gak mau dikalahkan oleh rasa capek, malas, lapar atau dingin. Dia bisa mengontrol dirinya untuk terus berjuang mengalahkan semua penolakan yang muncul dari beratnya proses pendakian.

• Dia Pasti Rendah Hati
Pendaki yang baik tidak pernah merasa dirinya lebih hebat dari orang lain. Meskipun dia sudah pernah menjejakkan kaki di berbagai tanah tertinggi, dia gak akan merasa lebih baik dari mereka yang belum. Pendakian justru menyadarkan bahwa di tengah ganasnya alam, manusia itu nggak ada apa-apanya.Jika kamu memutuskan untuk menjalin hubungan cinta dengan seorang pendaki gunung, jangan kaget bila dia sering mengingatkanmu agar jangan merasa punya kemampuan diatas orang lain. Nggak heran sih, kebijaksanaan ini memang dia dapatkan dari semua pendakian yang pernah dilalui.
Dia sudah pernah menemukan pendaki berusia lanjut yang segar bugar, dia pernah merasakan hampir mati karena hipotermia, dia juga pernah tersesat dan hanya mengandalkan insting untuk menemukan jalur yang benar. Di depan alam ciptaan Tuhan, dia sadar bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa.

• Jiwa Berjuangnya Nggak Diragukan Lagi
Apakah kamu cewek yang mengharapkan calon pasangan yang super tangguh? Atau kamu cowok yang paling males kalau dapat cewek manja? Jika memang semangat juang adalah hal yang wajib ada dalam diri calon pasanganmu, maka mengencani pendaki gunung adalah pilihan yang tepat.
Dia adalah orang yang bisa bertahan dalam situasi sulit. Rasa ingin berjuang dalam dirinya sudah tidak diragukan lagi. Pasanganmu sudah pernah merasakan telapak kakinya lecet dan sakit untuk berjalan karena rute turun yang terlalu curam. Tapi dia memaksa dirinya untuk terus berjalan. Dia sadar bahwa pilihannya hanya terus berjuang atau menunggu diselamatkan tim SAR.

• Dia Mudah Bergaul Dengan Siapapun
Pendaki gunung biasanya punya teman yang datang dari berbagai latar belakang. Selain solidaritas antar pendaki memang kuat, siapapun yang ditemukan selama pendakian adalah teman seperjuangan di alam raya. Gak jarang hubungan ini akan terus berlanjut sampai ke kehidupan normal pasca pendakian.
Kalau dia bisa langsung nyambung dengan orang yang baru ditemuinya dalam Jeep carteran menuju Ranu Pane, tentu dia gak akan kesulitan saat harus membuka percakapan dengan teman dan keluargamu. Sering mengakrabi alam membuat dia mudah bergaul dan terbuka terhadap setiap kesempatan untuk menjalin hubungan dengan orang baru.

• Bisa Diandalkan
Pasangan yang bisa diandalkan adalah dia yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Dia udah gak lagi galau hidupnya mau dibawa kemana, dia sudah tahu apa yang benar-benar ingin dia lakukan dalam hidupnya. Proses mendaki gunung memberikan seseorang kesempatan untuk berdialog dengan dirinya sendiri dan menyelesaikan ganjalan dalam hati.Ditengah beringasnya 7 Bukit Penyesalan Gunung Rinjani, dia akan mengalami monolog dengan sisi paling jujur ​​dalam dirinya. Sambil menahan lelah dan teriknya sengatan matahari, dia akan paham bahwa hidup harus benar-benar diperjuangkan sesuai impian. Gak ada hidup yang pantas dijalani dengan kepuasan setengah hati.
Kamu gak perlu lagi takut kehilangan dia ditengah perjalanan, atau tiba-tiba harus banting setir 180 derajat. Dia sudah menetapkan rute yang ingin ditempuh. Bahkan jauh sebelum bertemu kamu.

• Punya Idealisme yang Kuat
Idealisme, adalah kemewahan yang kerap diagungkan oleh para pendaki gunung. Hidup susah nggak masalah, asal bisa hidup dengan kepala tegak. Biasa mengakrabi ganasnya alam membuat mereka ingin menjadi sebaik-baik manusia. Mereka akan ogah ikut dalam aksi kotor demi keuntungan pribadi. Pendakian mengajarkan bahwa hidup dan mati itu jaraknya setipis seutas tali.
Memiliki pasangan seorang pendaki akan memberikanmu hidup yang sederhana, tapi penuh arti. Mereka yang belajar di alam akan menyadari bahwa jadi manusia berguna itu lebih penting daripada menumpuk harta untuk diri sendiri. Karena pada akhirnya, kamu cuma punya integritas yang bisa dibawa sampai mati.

• Kemampuan Kalkulasinya Pasti Oke
Suka sebel sama pasangan yang gak bisa mengatur jadwalnya sendiri? Atau kamu paling anti sama orang yang gak bisa mengatur pengeluarannya? Sama pendaki gunung, hal-hal menyebalkan yang terkait dengan masalah kalkulasi akan jarang kamu temui. Kegemarannya mendaki membuat dia ahli dalam membuat estimasi.
Dalam sebuah pendakian - terutama pendakian dalam tim, dia akan berhitung dengan cermat soal waktu untuk menyelesaikan tiap etape. Juga soal besarnya biaya yang harus dibayar tiap anggota tim untuk belanja logistik. Selain punya semangat juang yang tinggi, dia juga ahli dalam merencanakan sesuatu. Kualitas persiapan dan aksinya seimbang. nah loh, kurang apa lagi?

• Luwes Tapi Efektif
Pendaki gunung adalah orang yang terbiasa dengan perubahan. Dia bisa dengan cepat menyesuaikan diri saat ada perubahan cuaca yang membuat perjalanan terhenti. Walau mengeluarkan kerangka tenda dan mendirikan tenda itu ribet, tapi dia gak akan mengeluh saat terpaksa harus nge-camp karena cuaca buruk.
Dia adalah pribadi yang fleksibel namun di lain sisi juga sangat efektif dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Walau harus mengubah ritme perjalanan, bukan berarti waktu pendakian molor. Dia harus tetap memperhitungkan kondisi logistik yang kian menipis. Kualitas macam ini nggak dimiliki oleh semua orang. Dan biasanya, mereka yang bisa dengan luwes membawa diri namun tetap efektif bekerja adalah mereka yang bisa sukses.

• Tidak Mudah Terjebak Kenyamanan
Ketika sudah mendapatkan posisi yang mapan, apa yang biasa dilakukan oleh orang kebanyakan? Menikmati dan berleha-leha, bukan? Masuk kerja- pulang sore - menunggu macet di mall - menghabiskan uang di cafe yang chic - berharap akhir pekan datang - kembali menyambangi mall di akhir pekan. Apa iya kamu mau hidupmu berakhir seperti itu?
Menjalani hubungan cinta dengan pendaki gunung akan membuatmu belajar untuk terus memperluas batas kenyamanan. Pendakian mengajarkan mereka bahwa pelajaran selalu didapat justru dari usaha mengalahkan kesulitan. Mereka akan menantangmu untuk mengalahkan batas kemampuanmu sendiri. Tanpa kamu sadari, perlahan kamu juga akan belajar bahwa kenyamanan adalah jebakan yang harus dikalahkan kalau tidak mau jadi pribadi yang tertinggal.

• Bisa Menerimamu Apa Adanya
Mendaki mempertemukan dia dengan banyak tipe orang dari berbagai latar belakang. Mulai dari yang kepribadiannya hangat dan oke banget, sampai yang punya perilaku unik dan butuh perlakuan khusus. Apalagi diatas gunung konon seseorang akan benar-benar terlihat kepribadian aslinya. Demi lancarnya perjalanan, dia akan berusaha menyesuaikan diri dengan karakter orang-orang tersebut.
Sebenarnya pacaran itu gak ubahnya sebuah pendakian. Demi bisa sukses, kamu harus pintar-pintar mengatur langkah agar sesuai dengan ritme teman seperjalanan. Bersama pasangan yang sering mendaki gunung, kamu gak perlu khawatir dia ilfeel karena kelakuan anehmu. Kamu bisa dengan bebas menunjukkan dirimu yang sesungguhnya. Dia bisa memahami bahwa semua orang lahir dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing.

• Biasanya, Mereka Romantis
Walau tampangnya gahar, kulitnya hitam karena keseringan terpapar matahari - tapi hati anak gunung itu lembut dan hangat. Kalau orang lain menghadiahimu dengan cokelat dan bunga atau boneka lucu, dia akan menghadiahimu foto matahari terbit di Ranu Kumbolo atau bahkan menuliskan namamu di puncak tertinggi Pulau Jawa. Romantis kan?

• Dia Paham Makna "Rumah" dan "Pulang"
Seorang pendaki gunung tahu benar arti hangatnya sebuah rumah. Pada pendakian-pendakian panjangnya dia sering duduk, memandang bintang dari dataran setinggi 3000 meter diatas permukaan laut, membayangkan hangatnya rumah yang ditinggalkan. Tidak jarang rasa rindu ingin pulang jadi kekuatan saat langkahnya sudah sempoyongan dihadang trek pasir.
Dia akan menghargai makna "pulang", "rumah" dan orang-orang yang berada di dalamnya. Beruntunglah kamu jika pada pelukmu lah dia selalu menemukan hangatnya rumah yang jadi sumber semangatnya menuntaskan pendakian.

Setelah membaca alasan diatas, masih ragu untuk membuat pendaki gunung sebagai pasangan yang layak mendampingimu?

Perkenalkan Aku Adalah Gunung


Perkenalkan. Aku adalah gunung.
Aku adalah sebuah tempat yang berada ribuan meter di atas permukaan laut. Sebuah tempat yang dapat membuatmu terlihat lebih tinggi dari manapun, dari siapapun. Sebuah tempat yang menyenangkan untuk berkumpul merasakan hangatnya kebersamaan di atas awan. Sebuah tempat yang dapat membuat kau sejenak melupakan rutinitas dan kepenatan hiruk piuk kota. Sebuah tempat dengan pemandangan yang sungguh tak terkira keindahannya. Sebuah tempat yang tepat untuk kembali kepada alam. Dan, sebuah tempat yang damai untuk kembali mendekat kepada Tuhan.
Itu kata mereka. Kata mereka.

Aku adalah gunung.
Sebuah tempat yang berada ribuan meter di atas permukaan laut. Sebuah tempat di atas ketinggian sana dimana cuaca disekitarnya dapat berubah dengan cepat, tak perduli apapun. Anginku bisa saja datang dengan begitu kencangnya, menghantam siapapun yang sedang berkunjung. Anginku pun dapat dengan mudah berubah menjadi badai. Sebuah kumpulan angin, hujan, dan juga dingin yang menggoyahkan tubuh dan juga mentalmu. Anginku pun dapat menerjang lebih kuat bagi mereka yang menantangku. Taukah kau siapa yang sebenarnya kau tantang? Tuhanmu.

Aku adalah gunung. 
Sebuah tempat yang dapat membuatmu terlihat lebih tinggi dari manapun, dari siapapun. Sebuah tempat yang oleh banyak orang sering dijadikan obyek, target, ambisi, obsesi ataupun prestasi. Sebuah tempat yang dapat membuat kau dapat lebih unggul dari yang lainnya. Kau hanya perlu berlomba-lomba menjadi yang terkuat ataupun tercepat. Tak perlulah kau hiraukan orang-orang yang masih jauh tertinggal atau jatuh tersungkur di bawahmu. Tak perlu. Kau sungguh ingin menjadi yang terhebat bukan?

Aku adalah gunung.
Sebuah tempat yang menyenangkan untuk berkumpul merasakan hangatnya kebersamaan di atas awan. Sebuah tempat yang tepat untuk mengajak orang-orang tertentu untuk naik ke atas sana. Orang-orang yang kuat, cepat, lincah, dapat diandalkan, dan tidak merepotkan. Tak peduli ada beberapa atau bahkan banyak teman-temanmu yang lain yang sungguh ingin pergi ke atas sana, bersama-sama kalian semua. Sama-sama merasakan hangatnya kebersamaan itu, walaupun mereka telah memenuhi standar tersebut. Kau pasti memiliki deretan standar lain dalam mengajak orang-orang yang akhirnya terpilih untuk ke atas sana bersamamu bukan?

Aku adalah gunung.
Sebuah tempat yang dapat membuat kau sejenak melupakan rutinitas dan kepenatan hiruk pikuk kota. Sebuah tempat dimana orang-orang berbondong-bondong ke rumahku, ingin menginjakkan kakinya di tanahku. Tentu aku sangat senang. Bukankah keramaian dan kerisuhan lebih menarik dibanding dengan ketenangan dan kedamaian? Aku tak pernah terganggu, karena aku pun bisu.

Aku adalah gunung.
Sebuah tempat dengan pemandangan yang sungguh tak terkira keindahannya. Sebuah tempat yang selalu kau nikmati dan kau ucapkan terima kasih. Aku pun berterima kasih atas pemberianmu itu. Sampah-sampahmu. Walaupun sebagian dari kalian ada yang berkata: Gunung adalah rumahku. Mungkin rumah mereka di bawah sana adalah tempat pembuangan sampah. Jadi akupun tak heran kalau mereka masih saja menyumbangkan sampah di rumahku. Aku juga tak malu dengan bauku yang timbul akibat hadiah darimu itu. Bukankah dengan hadiah sampahmu itu rumahku jadi lebih indah dipandang? Ya. Lebih indah.

Aku adalah gunung.
Sebuah tempat yang tepat untuk kembali kepada alam. Sebuah tempat yang mudah untuk disambangi dan juga diludahi. Sebuah tempat dimana kau bisa sesukamu, melakukan apapun. Tanpa ada yang melarang, walau jelas ada papan peringatan. Kau juga bebas berteriak vandalisme, perusak ataupun penjual alam kepada peneliti-peneliti yang ingin mengungkap potensiku, untuk negeriku. Dan semua kata-katamu itu sejalan dengan tindakanmu yang mengotori sumber airku, mencoret-coret batu dan tebingku, menginjak rumput-rumputku, mematahkan dahan-dahanku, mengganggu dan memburu hewan-hewanku, serta membabat habis isiku. Bukankah segala tindakan pecinta alammu itu masih jauh lebih baik dibanding dengan peneliti-peneliti tersebut?

Aku adalah gunung.
Sebuah tempat yang damai untuk kembali mendekat kepada Tuhan. Sebuah tempat yang patut dibanggakan atas kesombonganmu di hadapan Rabbmu. Sebuah tempat dimana jarak kau dengan Tuhanmu menjadi begitu dekat. Sebuah tempat dimana doa-doa lirih yang kau lantunkan juga berjalan beriringan dengan dosa-dosa atas kelalaianmu meninggalkan perintahNya yang utama. Tak perlu alasan yang berat, cukup alasan dingin atau mengantuk pun sudah menunjukkan kekafiranmu kepada Penciptamu. Tuhanmu.

Dan, kau tak perlu heran, itu semua adalah aku.
Karena aku adalah gunung.
Itu kataku. Kataku.

Film 5 cm Diciptakan untuk Gagal


https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR4_BMbs2-eXxbTACUCgOMRvMWtySdCO0vrHe2VQbJDx-5iYFYFAWYts8wuZR5PRghM9Wo&usqp=CAU


Tanggal 12 Desember 2012 sebuah film “5 cm” garapan Rizal Mantovani, yang bisa disebut film Indonesia paling fenomenal di tahun 2012, resmi dirilis. Pemilihan tanggal rilis 12.12.12 juga seakan ingin menunjukkan kepada para penonton bahwa ini adalah film yang spesial. Film 5 cm yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Donny Dhirgantoro ini memang sukses menyedot banyak penonton. Tidak kurang dari 2 juta penonton memadati teater yang memutar film tersebut di bioskop-bioskop seluruh Indonesia.

Film ini dibintangi oleh Fedi Nuril (sebagai Genta) Denny Sumargo (sebagai Arial), Herjunot Ali (sebagai Zafran), Raline Shah (sebagai Riani), dan Igor Saykoji (sebagai Ian). Mereka berlima sudah menjalin persahabatan selama sepuluh tahun lamanya. Selama itu pula mereka selalu bersama sampai suatu ketika Genta memiliki sebuah rencana besar; tidak boleh bertemu dan berkomunikasi lewat media apapun selama tiga bulan. Setelah tiga bulan berselang, mereka berlima (serta Adinda yang diperankan oleh Pevita Pierce, adik dari Arial) bertemu di tempat yang sudah dijanjikan untuk merayakan pertemuan itu, yaitu melakukan perjalanan panjang menuju puncak Mahameru dan mengibarkan bendera merah putih tepat tanggal 17 Agustus di atap tertinggi pulau Jawa.

Gaung film 5 cm ini baru saya dengar saat akan melakukan pendakian ke gunung Semeru antara tanggal 18-21 Oktober 2012 dan bertambah ramai saat saya melakukan pendakian Semeru untuk keduakalinya antara tanggal 22-25 Desember 2012, sepuluh hari setelah film itu dirilis.
“Efek film 5 cm,” celetuk kawan sesama pendaki saat berada di pinggir danau Ranu Kumbolo.
Sebagai pendaki baru, saat itu saya memang banyak bertemu dengan pendaki-pendaki baru lainnya di sepanjang jalur pendakian. Sebagian dari mereka hanya sampai di Ranu Kumbolo dan Oro-oro Ombo,  tapi tidak sedikit juga yang sampai di puncak Mahameru. Tidak seperti pendaki biasanya, kebanyakan dari mereka berpenampilan seperti akan hangout ke mal dengan celana jeans, sepatu converse, dan juga memakai kemeja. Mungkin benar apa yang dikatakan kawan pendaki saya, “Efek film 5 cm”.


Membeludaknya jumlah pendaki Semeru setelah film 5 cm dirilis menyita perhatian kalangan media, termasuk kritik dari kalangan sesama pendaki di laman blog. Portal berita online http://www.surya.co.id mencermati bagaimana film ini bisa menarik banyak pendaki-pendaki pemula:
Dari rekap data BBTNBTS hingga berita ini ditulis, Selasa (01/01/13) malam, jumlah pendaki yang datang ke Semeru membengkak sampai angka ribuan. Pada tanggal 31 Desember 2012 tercatat ada 2.250 pendaki yang datang ke Semeru melalui Pos Ranu Pane, tanggal 1 Januari 2013 meningkat menjadi 2.410 pendaki. Sedangkan hingga Selasa malam, jumlah pendaki yang turun mencapai 1.438 orang.
Melonjaknya jumlah pendaki di perayaan tahun baru ini, adalah juga imbas dari film 5 Cm yang tayang perdana di bioskop pada tanggal 12 Desember 2012 lalu. Film yang dibintangi Pevita Pearce ini bercerita tentang enam remaja Jakarta yang melakukan pendakian ke Mahameru.
“Iya, bisa jadi melonjaknya pendaki Semeru karena pengaruh film 5 Cm. Sejak film ini di-launching, di akhir Desember 2012 banyak pendaki yang datang ke Semeru, dan puncak kepadatan pendaki terjadi di perayaan tahun baru,” kata Ayu Dewi Utari, Kepala BBTNBTS.

Selasa, 1 Januari 2013
Meskipun sudah ramai diperbincangkan secara luas, saya sendiri belum merasa tertarik untuk melihat film tersebut. Baru setelah memasuki bulan Juli 2013, ketika film ini kembali ramai dibicarakan di grup-grup komunitas pendaki gunung di Facebook, akhirnya saya penasaran juga dan ingin melihatnya.

Saya berharap ada yang ‘Wah’ dari film tersebut ketika melihatnya, mengingat saya sudah memiliki pengalaman mendaki di gunung yang sama sebelumnya. Namun, setelah selesai melihat film terserbut ada semacam “kegalauan” di benak saya. Bagaimana bisa? Kok bisa? Dan akhirnya, saya berkesimpulan bahwa film 5 cm jelas bukan film spesial seperti yang banyak digembor-gemborkan selama ini, atau tanpa merendahkan siapapun saya berani mengatakan bahwa 5 cm memang diciptakan untuk gagal sebagai film perjalanan.
Saya akan mencoba menguraikan sedikit hal-hal yang membuat saya “galau” dan sikap-sikap lain yang “sak karepe dewe” (semaunya sendiri) ­dalam film ini:
  1. Adegan di Stasiun



    Sesuai dengan perjanjian, mereka berenam bertemu di Stasiun Senen, Jakarta dengan tujuan Malang. Ian (yang diperankan Igor Saykoji) datang terlambat dan hampir ketinggalan kereta. Dengan tubuhnya yang gendut Ian susah payah mengejar kereta yang sudah berjalan cepat dengan beban karrier dan menenteng satu kardus mie instan. Sesuai dengan skenario yang sudah ditulis, Ian bisa mengejar kereta dengan bantuan Genta. Apa isi karrier Ian? kosong kah? Ah, itu kan cuma film. Ok.

  2. Logistik dan Perlengkapan

    Sebagai pendaki pemula, karrier yang mereka panggul di punggung masing-masing bisa dikatakan wajar, tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Tapi akan menjadi tidak wajar ketika kemudian mereka bermalam dengan tenda yang bisa dikatakan sangat besar. Itu tenda siapa? Bagaimana dan seperti apa mereka membawanya?Ah, itu kan cuma film. Ok

    3

    Dari segi logistik, sebagai pendaki pemula, tidak banyak minum dan makan sepanjang perjalanan bisa dikatakan hebat. Ini bisa saja dilakukan pendaki pemula, tapi dengan perjalanan yang begitu jauh dan menguras tenaga jelas menjadi hal yang tidak wajar jika hanya berbekal satu botol air untuk enam pendaki. Dan juga, pendakian Semeru digambarkan cukup mudah dan singkat. Ya, itu Cuma film.

  3. Trek Ranu Pane - Arcopodo - Puncak

    4

    Dalam film tersebut, pendakian dilakukan dari pos Ranu Pane dan langsung menuju pos Arcopodo. Sebagai pemula dan penduduk kota yang mengaku tak pernah berolah raga bisa melakukan perjalanan dalam sehari dari Ranu Panme-Arcopodo-dan langsung puncak Mahameru sungguh luar biasa. Saya tidak mengatakan tidak bisa. Bisa saja. hanya saja hal itu sangat jarang dilakukan oleh pendaki pemula. Ah, itu kan cuma film. Ok.

  4. Tempat Angker dan Hujan Abu Vulkanik

    5

    Inilah adegan yang membuat geli. Ketika sampai di Kalimati, suasana yang awalnya menyenangkan dalam perjalanan mendadak menjadi horor saat mereka lewat di antara pepohonan yang dedaunannya meranggas. Itu jalur mana?? babat alas? Itu jalur yang dibuat sendiri menuju Pos Kalimati! Ah, sudahlah itu kan cuma film.Yang lebih menggelikan lagi adalah ketika ada hujan abu vulkanik di Kalimati. Okelah, di kawah Jonggring Seloka, di puncak Mahameru, memang masih sering terjadi letupan-letupan kecil, tapi abu bisa sampai ke Kalimati? Itu hanya ada di film 5 cm.

  5. Jalur Maut Menuju Mahameru


    Nah, ini adalah adegan paling dramatis dan menegangkan dalam film 5 cm, dimana jalur berpasir menuju Mahameru digambarkan seperti jalur maut. Awalnya mereka baik-baik saja sebelum longsoran batu membuat Adinda dan Ian tersungkur di atas pasir. Dilihat dari proses bagaimana Ian tertimpa batu dan terlempar ke bawah, luka kecil di keningnya jelas menunjukkan kuasa Tuhan, dan perkara maut hanya Tuhan yang tahu.Setelah tindakan penyelamatan yang heroik, akhirnya mereka pun sampai di puncak Mahameru dan melakukan pengibaran bendera merah putih. Selamat…

  6. Skeptis Terhadap Peraturan


    Untuk merayakan keberhasilan mencapai Mahameru serta meluapkan kekaguman mereka pada kejutan yang diberikan Genta, mereka pun menceburkan Genta ke Ranu Kumbolo. Setelah berhasil menceburkan Genta, mereka semua menceburkan diri ke Danau, kecuali Adinda. Tapi…… Eits! Di sana ada peraturan dilarang mandi.
Sebagai penikmat film (dan bukan berarti pandai dalam mengapresiasi film), setidaknya saya masih bisa sedikit menikmati bagaimana  film ini berusaha menunjukkan pentingnya persahabatan dan mencoba mengeksplorasi keindahan Semeru, namun ada banyak hal yang dilupakan oleh film ini, bahwa mendaki Semeru tidak semudah film 5 cm.

Dalam pendakian gunung manapun, diperlukan persiapan fisik, mental, dan perlengkapan yang cukup untuk menjaga keamanan diri sendiri dan kawan lainnya, dan itu yang tidak dicermati dalam film ini. Hal lain yang dilupakan oleh film ini adalah pesan moral tentang pendakian, termasuk tentang kebersihan alam dan ketaatan terhadap peraturan.
“Tidak ada nilai edukasi semisal kepedulian terhadap lingkungan. Bukan kurang namun tidak ada sama sekali yang bisa menggerakkan untuk peduli kepada kebersihan kawasan Gunung Semeru.”

Seiring banyaknya pendaki yang ingin menjenguk Semeru, terutama setelah film ini dirilis, kapasitas sampah juga semakin banyak. Kesalahan memang tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada film, melainkan dibutuhkan kesadaran masing-masing pendaki. Hanya saja, sebagai film yang diyakini menarik banyak penonton, seharusnya diselipkan pesan-pesan moral untuk tetap menjaga kebersihan alam indonesia tercinta kita. Salam Lestari! (*)Source